Upacara Civitas Akademika Dalam Rangka Memperingati Hari Kesaktian Pancasila
Senin 1 Oktober 2018 bertempat di Lapangan Upacara Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional telah dilaksanakan Upacara Civitas Akademika dalam rangka memperingati Hari Kesaktian Pancasila. Upacara ini diikuti oleh Taruna/Taruni STPN, Pegawai STPN.
Dalam upacara ini I.G. Nyoman Guntur, A.Ptnh., M.Si. bertugas sebagai Inspektur upacara membacakan isi tentang “ Sambutan Gubernur DIY Dalam Rangka Memperingati Hari Kesaktian Pancasila. Isi Sambutan ini “ Dalam Rangka Memperingati Hari Kesaktian Pancasila Tahun 2018, maka kita dapat menggali kembali sejarah perkembangan bangsa yaitu bahwa tepatnya pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno telah mengusulkan dasar falsalfah Negara Indonesia yang istilahnya diperoleh dari ahli bahasa Mr. Muhammad Yamin sebagai “Pancasila”.
Selama itu pula pancasila telah dipandang sebagai filsalfat, etika moral, politik, dan Ideologi Nasional. Namun kemudian pada tanggal 30 September 1965, munculah awal dari Gerakan 30 September atau G 30 S PKI. Pemberontakan ini merupakan wujud usaha mengubah Pancasila menjadi ideologi komunis. Pada Hari tersebut, ada enam Jenderal dan beberapa orang lainnya telah dibunuh sebagai upaya kudeta. Namun berkat adanya kesadaran untuk mempertahankan Pancasila maka upaya tersebut mengalami kegagalan.
Selanjutnya pada tanggal 30 September dikenal sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September atau G 30 S PKI dan pada tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila untuk memperingati bahwa dasar Negara Indonesia adalah Pancasila, yang sakti dan tak tergantikan. Hal ini sekiranya sejalan dengan Tema peringatan Hari Kesaktian Pancasila tahun ini “ Pancasila Sebagai Landasan Kerja Mencapai Prestasi Bangsa” Maka sudah semestinya tema in dapat memberikan kesadaran bagi kita bersama untuk meresapi nilai-nilai luhur yang telah dirumuskan oleh para pendiri bangsa erat sebagai kepribadian bangsa. Hal ini sangat penting karena dengan kondisi sosiokultur yang begitu heterogen dibutuhkan sebuah ideologi yang netral namun dapat mengayomi berbagai keragaman yang ada di Indonesia.
Dimana sebuah dasar Negara Seyogyanya tidak hanya dipelajari dan dimengerti saja, akan tetapi yang lebih dari itu adalah pelaksanaannya secara nyata di dalam bermasyrakat, berbangsa dan bernegara. Terlebih pada pelaksanaan pembangunan dan pemerintahan harus berlandaskan pada nilai-nilai dasar Pancasila, dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat.